Korelasi Tingkat Pendidikan Orang Tua dan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga

KORELASI TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA DAN POLA ASUH TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK DALAM KELUARGA

THE CORRELATION OF PARENTS EDUCATION LEVEL AND THE MODEL OF PARENTING TOWARDS THE INDEPENDENCE OF CHILDREN IN THE FAMILY

Oleh: Emi Susanti, Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, emmysusanty14@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh terhadap kemandirian anak dalam keluarga yang dilakukan di dua PAUD yaitu PAUD “Roemah Kita” dan “Indrya Paramartha” di Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan desain korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di PAUD “Roemah Kita” dan “Indrya Paramartha” di Sleman Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa yang berumur 3-6 tahun dengan membagikan kuesioner ke orang tua di PAUD “Roemah Kita” dan “Indrya Paramartha” di Sleman Yogyakarta yang berjumlah 85 siswa. Instrumen yang digunakan adalah instrumen non tes. Validitas yang digunakan adalah validitas kriteria, validitas butir instrumen diuji dengan menggunakan analisis faktor, sedangkan untuk reliabilitas instrumen diuji menggunakan rumus Alpha. Untuk analisis data menggunakan chi square dan korelasi spearman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan orang tua baik orang tua yang berpendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi cenderung menggunakan pola asuh demokratif. Terdapat korelasi antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola asuh akan tetapi hubungannya lemah. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis korelasi spearman sig sebesar 0,035 < 0,05 dan harga koefisien korelasi sebesar 0,229 hal ini berarti bahwa sumbangan tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh sebesar 22,9%. Tingkat pendidikan orang tua tidak berkorelasi dengan kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan dengan sig sebesar 0,668 > 0,05. Pola asuh demokratif juga belum mewarnai kemandirian anak. Pola asuh tidak berkorelasi dengan kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis chi square crosstabulation dan analisis korelasi spearman dengan nilai sig sebesar 0,165 > 0,05.

Kata kunci: tingkat pendidikan, pola asuh, kemandirian anak, keluarga.

Abstract
The purpose of this research is to know the influences of parents education level and the model of parenting toward their children independence in the family that has been done at PAUD “Roemah Kita” and PAUD “Indrya Paramartha” in Sleman, Yogyakarta.
This research used quantitative approach with correlational design. The population of this research is the students of PAUD “Roemah Kita” and PAUD “Indrya Paramartha” and the sample of the research are 85 students aged 3-6 years old. This research used non-test instrument and used criteria validity.  And the data analysis of this research used chi square analysis and spearman correlation analysis.
From the result of this reasearch  can be concluded that the parents who well educated from elementary school, junior school, senior high school , and university tends to practise democrative parenting for their child. There’s a correlation between parents education level with the model of parenting they practice, but the correlation is weak. Its showed  by the spearman correlation analisys which the sig is 0,035 < 0,05  and the correlation coefficient is 0,229. It means that theparents  education level is not correlated with the indepence of their children. It showed by the sig 0,668 > 0,05. Its also showed by the chi square crosstabulation analysis  and spearman correlation aalysis with the sig 0,165 > 0,05.

Key words: education level, parenting model, children independence, family.


Pendahuluan
  Anak merupakan buah cinta dari orang tua yang dengan adanya anak maka orang tua mempunyai keinginan dan harapan yang besar kepada anak atau buah hati untuk bisa melanjutkan dan meneruskan cita-cita dari para orang tua, sehingga anak adalah investasi masa depan bagi orang tua, anak sebagai pelanjut keturunan yang disebabkan oleh naluri (insting) makhluk manusia untuk melanjutkan keberadaan dan anak akan meneruskan atau menggantikan cita-cita dan ide-ide dari orang tua. Anak adalah orang terdekat dengan orang tua sehingga dapat mewarisi pandangan-pandangan dan ide-ide atau cita-cita orang tua. Sehingga  orang tua akan melakukan suatu usaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak dengan fasilitas yang menunjang tumbuh kembangnya anak baik secara materi atau fisik. Salah satu fasilitas tersebut adalah pendidikan, mereka akan memberikan pendidikan yang terbaik untuk anaknya, bagi orang tua pendidikan adalah yang utama sehingga mereka memilihkan sekolah-sekolah atau lembaga pendidikan yang favorit yang paling bagus untuk anaknya.
 Menurut Fatchul Mu’in (2013:372), menyatakan bahwa  “memberi makanan materi saja tentunya tidak cukup karena mereka hanya akan menjadi manusia yang hanya diatur oleh materi dan tidak dapat memahami bagaimana ide atau pandangan itu hendak diwujudkan dalam kehidupannya, biasanya orang tua semacam itu adalah mereka para pemikir dan intelektual, filsuf dan lain-lain”.


Pada dasarnya para orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, cerdas, terampil serta mereka mempunyai harapan-harapan yang baik untuk anak-anaknya. Setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik dan berhasil. Sejak dari bayi anak sudah dididik dengan cara yang baik dan benar, dihindarkan dari kesalahan baik dari kesalahan dari orang tua atau keluarga ataupun dari lingkungan sekitar dimana anak tinggal.
 Menurut Annisa Mardiana (2014), dalam skripsinya yang berjudul “Hubungan Pelaksanaan Kemandirian Anak Dalam Keluarga Dengan Pelaksanaan Kemandirian Anak Di Sekolah Kelompok A Paud Pertiwi 1 Kota Bengkulu” bahwa mengembangkan perilaku kemandirian pada anak harus dimulai dari lingkungan rumah, peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting bagi pengembangan kemandirian anak karena orang tua sosok pribadi yang akan ditiru anak, orang
tua lah yang akan menjadi model dalam menuju pembentukan karakter anak”. Maksudnya, orang tua adalah model atau figur yang akan dicontoh oleh anak dalam hal apapun itu, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang tua selama di keluarga akan dilihat dan hal tersebut akan ditiru oleh anak bahkan anak akan melakukan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh orang tuanya di rumah akan dibawa anak sampai ke sekolah atau di luar rumah. Menurut seorang pakar psikoanalisa, Alfred Adler dalam bukunya Maria Etty (Menyiapkan Masa Depan Anak, 2003:63), “sebenarnya manusia lahir dengan perasaan kecil atau inferior”.
 Salah satu peran orang tua adalah memberikan pendidikan atau mengembangkan perilaku kemandirian anak dalam keluarga karena orang tua adalah sosok atau pribadi yang akan ditiru oleh anak. Orang tua akan dijadikan model oleh anak, sebagian besar orang tua menyuruh anak-anaknya untuk menuruti semua perintah dari orang tuanya tanpa para orang tua memberikan contoh terlebih dahulu kepada anak dan  para orang tua tidak menyadari bahwa anak akan melihat semua yang dilakukan oleh orang tua dan meniru apapun hal yang dilakukan oleh orang tuanya. Penanaman kemandirian dan pengembangan kemandirian anak dalam keluarga juga didasarkan pada pola asuh dari orang tua. Pola asuh tersebut dipengaruhi oleh orang tua dimana antara orang tua yang satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam mendidik anak di keluarga karena hal ini juga dipengaruhi oleh pengetahuan orang tua terkait dengan pola asuh anak yang ditanamkan dalam keluarga orang tua tersebut.
 Menurut Sugihartono (2013:31), menyatakan bahwa “Pola asuh adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anak. Pola asuh ini terdapat tiga macam pola asuh orang tua, yaitu otoriter, permisif, dan autoritatif. Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pada pengawasan orang tua kepada anak untuk mendapatkan ketaatan atau kepatuhan. Orang tua bersikap tegas, suka menghukum, dan cenderung mengekang keinginan anak. Hal ini dapat menyebabkan anak kurang inisiatif, cenderung ragu, dan mudah gugup. Oleh karena sering mendapat hukuman anak menjadi tidak disiplin dan nakal. Pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan dimana orang tua memberi kebebasan sebanyak mungk in pada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua. Sementara itu pola asuh autoritatif bercirikan adanya hak dan kewajiban orang tua dan anak adalah sama dalam arti saling melengkapi, anak dilatih untuk bertanggung jawab, dan menentukan perilakunya sendiri agar dapat berdisiplin”. Pola asuh orang tua yang ditanamkan dalam keluarga sangat penting dalam membekali perilaku anak yang akan dibawa ketika anak dewasa dan memasuki dunia di mana anak tidak akan selalu didampingi oleh orang tua. Anak akan menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapinya setelah dewasa tanpa bantuan orang tua sehingga hal tersebut akan memperlihatkan perbedaan antara anak yang tidak diajarkan kemandirian dalam keluarga dengan anak yang diajarkan tentang kemandirian dalam keluarga. Pada kenyataannya di zaman modern seperti sekarang para orang tua yang sibuk dengan urusan ataupun pekerjaan sehingga para orang tua meninggalkan anak-anaknya di rumah dengan diberikan fasilitas yang ada di rumah seperti gadget, televisi, PSP, komputer dan lain-lain tanpa memberikan pendidikan untuk anak-anak dan menanamkan kemandirian di dalam keluarga atau di rumah. Anak yang sudah berumur 10 tahun banyak dijumpai masih manja terhadap orang tuanya dengan minta diambilkan makanan pada saat makan, minta disuapi oleh orang tua pada waktu makan, bahkan pada saat tidur masih tidur bersama orang tua. Hal ini terjadi karena anak tidak dibiasakan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan atau kebutuhan anak secara mandiri dari sejak kecil, kebiasaan ini bisa saja akan berlanjut sampai nanti anak sudah dewasa.
  Keadaan seperti di atas menunjukkan bahwa kemandirian anak dalam keluarga sangat penting dan peran orang tua dalam proses menanamkan kemandirian anak sangat dibutuhkan. Anak-anak pada saat ini masih ada yang belum memiliki kemandirian dalam melakukan kegiatan di dalam keluarga, seperti dalam hal membereskan kamar tidur, dalam hal membantu orang tua dalam merapikan dan membersihkan rumah, dalam hal makan dan mandi semua hal tersebut masih diperintah oleh orang tua padahal tersebut tanpa sadar merupakan kepentingan mereka. Sebelum peneliti menetapkan dua PAUD tersebut sebagai obyek penelitian, peneliti melakukan obervasi terlebih dahulu. Berdasarkan observarsi terhadap anak, para orang tua dari siswa ditemukan beberapa masalah. Masalah yang ditemukan adalah sikap mandiri dari anak-anaknya kurang, dalam bidang akademik memang anak-anaknya dituntut akan tetapi dalam sikap kemandirian masih kurang. Kemandirian anak ditandai dengan peduli dengan sesama teman, melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan orang tua dan guru sesuai dengan umur anak. Masih banyak anak yang makan disuapi oleh guru, memakai baju dipakaikan, menangis saat ditinggal oleh orang tua di sekolah, saat disuruh maju ke depan kelas masih takut. Sedangkan latar belakang para orang tua dari siswa bagus rata-rata sudah berpendidikan baik formal maupun non formal yang harusnya lebih memahami dan pengetahuannya lebih dengan pengetahuan yang lebih akan memudahkan untuk mencari informasi bagaimana mendidik anak yang baik dan menerapkan pola asuh untuk anak yang baik sesuai dengan keadaan anak dan umur anak.
 Berbagai temuan di atas, maka permasalahan tersebut harus segera dicari solusi yaitu rendahnya sikap kemandirian anak sejak dini. Karena sikap mandiri ini lah yang akan menjadi bekal nanti anak setelah dewasa dalam menghadapi kehidupannya sendiri setalah lepas dari orang tua.
 Salah satu upaya yang dilakukan untuk mencari permasalahan tersebut adalah dengan membentuk sikap kemandirian anak dari sejak dini dan apakah orang tua yang berlatar belakang pendidikannya baik dan tidak mempunyai pengaruh dalam mendidik dan memilih pola asuh untuk anak, dengan memberikan angket kepada orang tua dengan tujuan untuk memberikan kesempatan pada orang tua untuk melakukan kajian bagi pencerahan tingkat pendidikan yang bagus dan tidak dan pola asuh yang sesuai dengan anak untuk memperjelas orang tua memahami dan merasakan manfaat dari latar belakang pendidikan yang baik  dan pola asuh yang diberikan dan kemandirian anak sejak dini itu penting diterapkan pada anak sejak dini.
metode penelitian
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode korelasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2013:76), peneliti ingin mengetahui antara dua fenomena atau lebih, penelitian hubungan lebih disebut sebagai penelitian korelasi. Korelasi sebab akibat ini adanya hubungan sebab akibat antara keadaan pertama dan kedua.

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei-juli 2016. Tempat penelitian berada di PAUD “Roemah Kita” dan PAUD “Indrya Paramartha” Sleman, Yogyakarta.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia dini di paud yang berada di Kabupaten Sleman Yogyakarta yang nantinya akan dipilih 2 PAUD karena keterbatasan waktu dan tenaga dari peneliti yaitu 1 PAUD yang terletak di daerah pedesaan yaitu PAUD “Roemah Kita” dan 1 PAUD yang terletak di daerah perkotaan yaitu PAUD “Indrya Paramartha” yang semuanya berjumlah 2 PAUD yang akan dijadikan populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang berada di dua tempat PAUD yang semuanya berjumlah 85 anak.
Prosedur
Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap, meliputi:
1.      Penyusunan proposal
2.      Perijinan
3.      Pengumpulan data
4.      Analisis data
5.      Penyusunan laporan penelitian

Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2013:335) teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam  kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. Teknik analisis data ini diantaranya (1) Deskripsi data (2) Uji Prasyarat Analisis (3) Uji hipotesis.

hasil penelitian dan pembahasan
Hasil penelitian kuantitatif ini adalah sebagai berikut:
a.    Hubungan dan kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua Dengan Pola Asuh.
Orang tua yang berlatar belakang pendidikannya SD menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 6 orang tua, pola asuh permisif sebanyak 2 orang tua dan pola asuh demokratif sebanyak 19 orang tua. Orang tua yang memiliki pendidikan SMP yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 5 orang, permisif sebanyak 3 orang dan demokratif sebanyak 10 orang tua. Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan SMA

yang menggunakan pola asuh otoriter sebanyak 2 orang tua, pola asuh permisif sebanyak 2 orang tua dan yang menggunakan pola asuh demokratif sebanyak 16 orang tua. Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan Perguruan Tinggi yang menggunakan pola asuh otoriter sebesar 0 orang, pola asuh permisif sebesar 2 orang tua dan yang menggunakan pola asuh demokratif sebesar 18 orang tua. Berdasarkan analisis di atas bahwa kecenderungan orang tua baik orang tua yang berpendidikan SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi cenderung menggunakan pola asuh demokratif. Berdasarkan analisis korelasi spearman bahwa tingkat pendidikan orang tua mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pola asuh orang tua. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil sig sebesar 0,35 lebih kecil dari 0,05 maka terdapat hubungan yang siginifikan antara tingkat pendidikan orang tua dengan pola asuh. Koefisien korelasinya sebesar 0,229 hal ini menandakan bahwa hubungan yang rendah antara tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh orang tua dan sumbangan tingkat pendidikan orang tua terhadap pola asuh orang tua sebesar 22,9%. Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ada korelasi dengan pola asuh orang tua, orang tua yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dan orang tua yang tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah berbeda pola pengasuhannya. Hal ini dikarena kan orang tua yang berpendidikan tinggi lebih berpengetahuan luas mempunayai informasi yang mereka dapat dan mereka bisa menyampaikan informasi tersebut dengan mudah dan baik. Hal ini juga sesuai dengan deskripsi teori dari Manurung (1995:53), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua yaitu latar belakang pola asuh orang tua, tingkat pendidikan orang tua dan status ekonomi dan pekerjaan orang tua. Menurut Manurung bahwa pola asuh dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua karena orang tua yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai pola asuh, mereka bisa menyampaikan dengan baik dan bisa menerapkannya kepada anak dengan disesuaikan keadaan psikis dan fisik dari masing-masing anak. Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian dari Niniek Kharmina yang berjudul hubungan antara tingkat pendidikan orang tua dengan orientasi pola asuh anak usia dini. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang positif antara tingkat pendidikan orang tua dengan orientasi pola asuh anak usia dini hal ini dibuktikan dilihat dari hal pendidikan dari SMP hingga Sarjana bisa di simpulkan untuk orang tua berpendidikan SMP prosentase Baik 48% orang, cukup baik 36% orang. Sedangkan yang berpendidikan SMA prosentase Baik 74% orang, Cukup Baik 20% orang. Dan yang berpendidikan Sarjana prosentase baik 34.61% orang, Cukup Baik 56% orang. Terdapat perbedaan dengan penelitian saya diantaranya variabel independennya hanya satu yaitu tingkat pendidikan orang tua dan kemudian variabel dependennya kemandirian belajar, sedangkan penelitian saya variabel independennya dua yaitu tingkat pendidikan orang tua dan pola asuh kemudian variabel dependennya yaitu kemandirian anak dalam keluarga.
b. Hubungan dan kecenderungan Tingkat Pendidikan Orang Tua dengan kemandirian Anak dalam Keluarga.
Terdapat 5 orang tua yang berpendidikan SD anaknya tidak mandiri kemudian ada 20 orang tua yang anaknya kurang mandiri dan 2 orang tua berpendidikan SD anaknya mandiri. Orang tua yang berpendidikan SMP terdapat orang tua yang berpendidikan SMP anaknya tidak mandiri, 12 orang tua berpendidikan SMP anaknya kurang mandiri dan 1 orang tua berpendidikan SMP anaknya mandiri. Orang tua yang berpendidikan SMA terdapat 3 orang tua berpendidikan SMA anaknya kurang mandiri, 14 orang tua berpendidikan SMA anaknya kurang mandiri dan 3 orang tua berpendidikan SMA anaknya mandiri. Terdapat 4 orang tua yang latar belakang pendidikannya perguruan tinggi anaknya tidak mandiri, 15 orang tua berpendidikan perguruan tinggi anaknya kurang mandiri dan 1 orang tua berpendidikan tinggi anaknya mandiri. Berdasarkan analisis korelasi spearman bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak. Hal ini berdasarkan nilai sig. sebesar 0,668 lebih besar dari nilai taraf signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa tingkat pendidikan orang tua tidak ada hubungan terhadap kemandirian anak dalam keluarga, karena orang tua yang berpendidikan tinggipun belum tentu para orang tua tersebut mampu membentuk sikap kemandirian pada anak dalam keluarga dan belum tentu juga orang tua yang berpendidikan rendah tidak bisa mengajari atau mendidik anaknya untuk menjadi orang yang tidak mandiri, dan tinggi juga belum tentu bisa menggunakan pola asuh yang sesuai dengan keadaan anaknya. Kemandirian anak tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan orang tua akan tetapi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain yaitu faktor internal dan faktor eksternal yang bisa membentuk kemandirian anak dalam keluarga dan tingkat pendidikan orang tua tidak termasuk dalam faktor-faktor tersebut. Dalam konteks lingkungan keluarga di rumah, orang tua diharapkan dapat lebih telaten dan sabar dengan cara memberikan berbagai pilihan dan membicarakannya secara seksama dengan anak-anak setiap kali mereka dihadapkan pada pembuatan keputusan-keputusan penting. Sementara itu, di lingkungan Taman Kanak-Kanak (TK), kemampuan anak usia dini perlu didengar dan diakomodasi oleh guru TK. Karakter mandiri yang dimiliki oleh anak usia dini akan sangat bermanfaat bagi mereka dalam melakukan prosedur-prosedur keterampilan dan bergaul dengan orang lain. Penjelasan Musthafa dan Syamsu dalam Novan Ardy (2013:29), dapat ditarik kesimpulan bahwa kemandirian yang akan dibentuk orang tua ataupun guru pada anak usia dini adalah kemandirian yang menjadikan anak usia dini:
a.   Memiliki kemampuan untuk menentukan pilihan.
b.  Berani memutuskan sesuatu atas pilihannya sendiri.
c.   Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya.
d.  Memiliki rasa percaya diri.
e.   Mampu mengarahkan diri.
f.   Mampu mengembangkan diri.
g.  Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
h.  Berani mengambil resiko atas pilihannya.
Hal ini sama dengan pendapatnya soetjiningsih bahwa kemandirian anak usia prasekolah dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal yaitu faktor yang ada di dalam diri anak tersebut seperti emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi dan tidak terganggunya kebutuhan emosi anak dan orang tua. Faktor eksternal yaitu faktor yang ada di luar dari anak tersebut seperti lingkungan, rasa cinta dan kasih sayang, pola asuh orang tua dalam keluarga, dan pengalaman dalam kehidupan. tingkat pendidikan orang tua tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak.
c. Hubungan dan Kecenderungan Pola Asuh terhadap Kemandirian Anak dalam Keluarga.
Terdapat 3 orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya tidak mandiri, 2 orang tua menggunakan pola asuh permisif anaknya tidak mandiri dan 12 orang tua menggunakan pola asuh demokratif anaknya mandiri. Terdapat 10 orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya tidak mandiri, 7 orang tua yang menggunakan pola asuh permisif anaknya kurang mandiri dan 44 orang tua menggunakan pola asuh demokratif anaknya kurang mandiri. Terdapat 0 orang tua yang menggunakan pola asuh otoriter anaknya mandiri, terdapat 0 orang tua yang menggunakan pola asuh permisif anaknya mandiri dan 7 orang tua yang menggunakan pola asuh demokratif anaknya mandiri. Berdasarkan analisis korelasi spearman bahwa pola asuh tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kemandirian anak dalam keluarga. Hal ini berdasarkan nilai sig. sebesar 0,165 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 maka dapat dikatakan bahwa pola asuh tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kemandirian anak dalam keluarga. Hasil penelitian yang disusun oleh peneliti menunjukkan bahwa pola asuh orang tua tidak ada korelasi terhadap kemandirian anak dalam keluarga, yaitu apabila orang tua memberikan pola asuh yang tepat dan sesuai dengan keadaan anak dan umur anak maka hal tersebut akan menciptakan sikap anak yang sesuai dengan yang diinginkan oleh orang tua salah satunya yaitu sikap mandiri anak. Hal ini sesuai dengan deskripsi teori dari Novan Ardy bahwa pembentukam karakter kemandirian banyak dipengaruhi beberapa faktor salah satunya lepas dari peran orang tua dan pengasuhan yang baik yang diberikan orang tua terhadap anaknya akan tetapi masih banyak faktor lain yang lebih berperan yaitu faktor psikis dan fisik kemudian faktor linkungan dimana anak tersebut tinggal. Ada dua faktor yang mempengaruhi kemandirian anak yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar anak atau individu seperti lingkungan, sosial, karakter, stimulasi, pola asuh, cinta kasih sayang, kualitas informasi anak dan orang tua, pendidikan orang tua dan status pekerjaan ibu.
Sedangkan faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri individu atau anak seperti emosi dan intelektual.Serta sesuai dengan deskripsi teori dari Prasetyo dan Sutoyo bahwa pengasuhan yang diberikan orang tua juga turut membentuk kemandirian seseorang, toleransi yang berlebihan dan pemeliharaan yang berlebihan dan orang tua yang terlalu keras kepada anak menghambat pencapaian  kemandiriannya. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Ummi Nurul Khikmah penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui pengaruh pola asuh orang tua dengan kemandirian anak di Ra Perwanida 01 Boyolali. Penelitian ini menunjukan hubungan yang positif antara pola asuh orang tua terhadap kemandirian anak usia dini, hal ini bisa dilihat dari hasil analisis data yang menunjukkan rxy > rtabel atau 0,913>0,279. Terdapat perbedaan diantaranya variabel yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu variabel independennya yaitu pola asuh orang tua, sedangkan pada penelitian saya variabel independennya ada dua yaitu pola asuh orang tua dan tingkat pendidikan sedangkan variabel dependennya yaitu kemandirian anak dalam keluarga.
simpulan dan saran
Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1.      Tingkat pendidikan orang tua mempunyai hubungan dengan pola asuh akan tetapi hubungannya lemah. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai sig. sebesar 0,035 lebih besar dari taraf signifikansi 0,05. 0,035 < 0,05 dan koefisien korelasi sebesar 22,9 hal ini berarti sebesar 22,9% tingkat pendidikan memberikan sumbangan terhadap pola asuh.
2.    Pola asuh tidak mempunyai hubungan dengan kemandirian anak dalam keluarga. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai sig. sebesar 0,165 lebih besar dari nilai taraf signifikansi 0,05. 0,165 > 0,05.
3.    Tingkat pendidikan orang tua cenderung menggunakan pola asuh demokratif baik dari orang tua yang berpendidikan SD sampai Perguruan Tinggi..
4.    Tingkat pendidikan tidak memiliki kecenderungan dengan kemandirian anak dalam keluarga baik orang tua yang berpendidikan SD sampai Perguruan Tinggi tidak ada kecenderungan dengan kemandirian anak.
5.    Pola asuh demokratif cenderung belum mewarnai kemandirian anak, hanya sebagian kecil.
6.    Pola asuh demokratif cenderung belum mewarnai kemandirian anak, hanya sebagian kecil.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti sampaikan, maka peneliti menyampaikan saran sebagai berikut.
1. Bagi Orang Tua
Orang tua diharapkan dapat memberikan pola asuh yang tepat yang disesuaikan dengan usia, dan kondisi dari anak-anak baik kondisi fisik maupun psikis dari masing-masing anak. Karena tiap anak memiliki kondisi yang berbeda baik dari segi fisik maupun psikis.
2. Bagi Guru
     Bagi guru bisa diharapkan dapat membuat program parenting untuk para orang tua murid terkait pendidikan untuk orang tua supaya para orang tua lebih mengerti dan memahami bagaimana menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak di rumah dan guru bisa membuat  kegiatan-kegiatan disetiap pembelajaran sehari-hari disekolah untuk menanamkan sikap mandiri di sekolah membantu anak untuk melakukan semuanya secara mandiri disesuaikan dengan umur anak didik tersebut.
daftar pustaka
Alex, Sobur. (1986). Anak Masa Depan. Bandung: Angkasa.
Al. Tridhonanto. (2014). Mengembangkan Pola Asuh Demokratis. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Depdiknas. _______ . pengantar pendidikan. ________ . Jakarta: rineka cipta.
Desmita. (2012). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Fatchul, mu’in. (2013). Pendidikan karakter. Yogyakarta:ar-ruz media.
H.E, Mulyasa. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Iva, Noorlaila. (2010). Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
James, M. Henslin. (2007). Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Erlangga.
John, W. Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
Mar’atun, Shalihah. (2010). Mengelola PAUD Mendidik Budi Pekerti, Anak Usia Dini bagi Program PAUD, TK, Play Group, dan di Rumah. Bantul: Kreasi Wacana
Moh. Shochib. (2010). Pola asuh orang tua dalam membantu anak mengembangkan disiplin diri sebagai pribadi yang berkarakter. Jakarta: rineka cipta.
Mohammad, takdir ilahi. (2013). Quantum parenting. Yogyakarta: Katahati.
Muhammad, Fadhillah,dkk. (2014). Pendidikan karakter anak usia dini. Yogyakarta: ar-ruzz media.
Nanang, Martono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Novan, ardy wiyani. (2013). Bina karakter anak usia dini. Yogyakarta: Ar-ruzz Media.
Purwanto. (2007). Instumen penelitian sosial dan pendidikan pengembangan dan pemanfaatan. Yogyakarta: pustaka pelajar.
_______. (2008). Metodologi penelitian kuantitatif untuk psikologi dan pendidikan. Yogyakarta: pustaka pelajar.
Redja, Mudyahardjo. (2012). Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Rohinah, M.Noor. (2012). Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di Sekolah dan di Rumah. Yogyakarta: Pedagogia.
Slamet, Suyanto. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:  Hikayat Publishing.
Soerjono, soekanto. (2004). Sosiologi keluarga tentang ikhwal keluarga, remaja dan anak. Jakarta: rineka cipta.
Suhartono, citrobroto. ____. Cara mendidik anak dalam keluarga masa kini. Jakarta: bhratara karya aksara.
Syukri, Hamzah. (2013). Pendidikan Lingkungan. Bandung: PT Refika Aditama.
Tim Dosen FIP IKIP Malang. (1981). Pengantar Dasar-Dasar Kependidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
William, j. Goode. (1995). Sosiologi keluarga. Jakarta: bumi aksara.
Zainal, mustafa. (2009). Mengurai variabel hingga instrumentasi. Yogyakarta: graha ilmu.
MARTSISWATI, Ernie; SURYONO, Yoyon. PERAN ORANG TUA DAN PENDIDIK DALAM MENERAPKAN PERILAKU DISIPLIN TERHADAP ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, [S.l.], v. 1, n. 2, p. 187 - 198, nov. 2014. ISSN 2477-2992. Available at: <http://journal.uny.ac.id/index.php/jppm/article/view/2688>. Date accessed: 27 sep. 2016. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jppm.v1i2.2688.




             

Comments

Popular Posts