BAB
6
KEBUDAYAAN
PENDIDIKAN
Kebudayaan
pendidikan merupakan aspek dari keseluruhan kebudayaan. Oleh sebab itu
kebudayaan pendidikan tidak terlepas dari keseluruhan elemen-elemen kebudayaan
khususnya filsafat, ilmu pengetahuan, adat istiadat, dan cara hidup lainnya.
Dalam masyarakat majemuk seperti Amerika Serikat dikenal adanya pendidikan
untuk kelompok etnis minoratis yang memperhitungkan budaya etnis seperti
Meksiko, pendatang Kuba, Cina Amerika, Vitnem Amerika, Afro Amerika dan
sebagainya.
Pada zaman kolonial praksis
pendidikan juga tidak luput dari pengaruh-pengaruh pemikiran serta praktek
pendidikan Barat yang dibawa oleh kolonialisme Spanyol-Portugis dan yang
terakhir Belanda. Pengaruh-pengaruh kebudayaan Barat juga telah memasuki
praksis pendidikan di indonesia. Di dalam sejarah pendidikan Barat misalnya
Freeman Butss telah menulis bukunya yang terkenal A Cultural History of Western
Education. Di dalam bukunya tersebut ditunjukkan betapa pendidikan
merefleksikan sejarah kebudayaan Barat sejak jaman kebudayaan Yunani – Romawi
purba memasukiabad pertengahan dan kemudian pada zaman Renaisans dengan
perkembangan ilmu pengetahuan. Perkembangna industri di dalam kebudayaan Eropa
yang dipicu oleh rasionalisme dan ilmu pengetahuan juga telah bergema di dalam
perkembangan pendididkan di Barat. Pecahnya revolusi Prancis juga telah
mengubah cara berpikir manusia dengan lahirnya faham demokrasi yang juga memicu
permintaan pendidikan rakyat menjadi program Wajib Belajar yang berkembang
sejak permulaan abad kesembilan belas. Konferensi Internasional yang
diselenggarakan di Yomtien (Thailand) pada tahun 1990 telah merumuskan
Education for All untuk seluruh umat manusia.
A. Peringatan
Jerome Brunner
Ahli
Psikologi dan pendidikan terkenal dari Amerika Serikat Jerome Bruner
memperingatkan kepada kita mengenai munculnya budaya baru di dalam era
teknologi informasi dewasa ini. dengan diakuinya banyak manfaat yang dapat
membantu proses pendidikan melalui teknologi komunikasi seperti komputer,
Bruner memeperingatkan kepada kita lahirnya kebudayaan baru komputerisme.
Seharusnya manfaat komputer di dalam budaya pendidikan ialah membantu peserta
didik untuk menyusun pengertian-pengertian (construct meanings) dan bukan
sekadar untuk memiliki informasi. Pendapat yang muncul dari psikologi
kebudayaan (cultural psychology) menyatakan bahwa proses tersebut menuntut
pemahaman mengenai budaya tertentu di dalam perkembangannya masa lalu, mas kini
dan masa depan dengan cara-cara kemanusiaan. Di dalam kaitan ini Bruner
menawarkan pandangan kulturalisme. Dengan pandangan ini pendidikan menuntun dan
membimbing peserta didik memasuki kebudayaannya.
Bruner
mengemukakan empat jenis pandangan pedagogik:
1. Pandangan
internalisasi. Pertanyaan pokok di dalam pandangan ini ialah apa yang dapat
diperbuat oleh peserta didik di dalam proses pendidikannya.
2. Pandangan
eksternalisasi. Pokok pertanyaannya ialah apa yang dapat dibuat oleh seorang
pendidik terhadap peserta didik di da;lam proses pendidikannya.
3. Pandangan
objektivitis.merupakan suatu pandangan yang menganggap bahw peserta didik
seperti pandangan seorang entomologis yang melihat para peserta didik seperti
sekawana semut atau sekawanan domba.
Keempat pandangan ini
merupakan budaya pendidikan atau budaya pembelajaran yang sifatnya parsial.
Pandangan yang tepat ialah pandangan yang merangkum keempat pandangan parsial
tersebut. Pandangan keseluruhan yang menyeluruh tersebut sifatnya ialah
pandangan metakognitif terhadap proses belajar. Berarti tujuan proses belajar
bukan sekedar tahu atau menguasai keterampilan yang diinginkan tetapi merupakan
proses refleksi, termasuk refleksi mengenai jenis pekerjaannya di masa depan.
B. Beberapa
Budaya Praksis Pendidikan di Indonesia
Kebudayaan
Indonesia merupakan suatu silang budaya internasional. Salah satu pengaruh yang
sangat membekas di dalam praksis pendidikan Indonesia ialah budaya pendidikan
kolonial yang masih terus mendominasi berbagai praktek pendidikankita. Salah
satu budaya tersebut ialah intelektualisme dan verbalisme.
Comments
Post a Comment